Selasa, 06 Maret 2012

Kecenderungan Profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia saat ini


Kecenderungan Profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia saat ini
Oleh : Esya Anesty

Pada dasarnya terdapat tiga periode perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia yakni periode prawacana (1960-1970), periode pemasyarakatan (1970-1990), dan periode konsolidasi (1990-sekarang). Dalam beberapa tahun terakhir ini organisasi profesi bimbingan dan konseling di Indonesia ABKIN (dulunya IPBI) beserta segenap pakar dan ahli di bidang bimbingan dan konseling mengupayakan beberapa hal yang sangat signifikan pengaruhnya terhadap perkembangan profesi BK di Indonesia yakni yang berkaitan dengan penataan pendidikan profesional konselor dan penataan pedoman penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Konteks tugas dan ekspektasi kerja konselor yang semula sangat minim ditemukan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, bahkan tidak tercantum dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan maupun PP No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, perlahan mulai dimunculkan ke permukaan melalui sejumlah pergerakan-pergerakan.
Salah satu hasil dari pergerakan tersebut, adalah dengan diterbitkannya PP No. 74 tahun 2008 tentang guru, dalam PP tersebut dicantumkan dengan jelas mengenai deskripsi tugas guru BK atau konselor (terkait dengan peserta didik), jenis layanan yang diberikan oleh guru BK atau konselor beserta kegiatan pendukungnya, beban kerja minimum guru BK, dan juga tugas pengawas BK. Hal tersebut menandakan bahwa bimbingan dan konseling telah memiliki deskripsi tugas tersendiri sebagai salah satu syarat sebuah profesi.
Sejalan dengan makin jelasnya tugas konselor dalam ranah pendidikan formal, maka skenario lain dirancang untuk mencapai peningkatan profesionalisme konselor di Indonesia, salah satunya adalah dengan merintis program pendidikan profesi bimbingan dan konseling. Pendekatan pendidikan profesi bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui program sertifikasi, akreditasi, dan kredensialisasi. Sertifikasi dan akreditasi diberikan oleh LPTK yang memiliki program khusus dalam bidang bimbingan dan konseling, misalnya oleh perguruan tinggi. Sertifikasi kompetensi konselor mengarah pada profil kemampuan konselor, sedangkan lisensi konselor mengatur aspek legalisasi praktik konselor. Sertifikat diberikan oleh LPTK yang memiliki program khusus, sedangkan lisensi konselor diberikan oleh asosiasi profesi (di Indonesia diberikan oleh ABKIN).
Sejalan dengan makin mantapnya gagasan mengenai pendidikan profesi guru, pemerintah menunjuk beberapa LPTK sebagai penyelenggara pendidikan profesi guru bagi guru dalam jabatan (kepmendiknas No. 126/P/2010) termasuk di dalamnya beberapa LPTK yang menyelenggarakan pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling atau konselor, namun dikarenakan beberapa alasan kebijakan tersebut kemudian mengalami perubahan di tahun berikutnya, hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya beberapa LPTK yang berwenang untuk menyelenggarakan program pendidikan profesi guru termasuk juga LPTK penyelenggaran pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling atau konselor (kepmendiknas No. 052/P/2011). Hal ini tentunya menjadi salah satu tantangan bagi lembaga-lembaga yang berwenang untuk dapat menghasilkan output guru bimbingan dan konseling atau konselor yang paling profesional.
Selain membenahi penataan pendidikan profesional konselor, di era sekarang ini dilakukan pula penataan terahadap pedoman penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal sampai akhirnya diterbitkan PP No. 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang didalamnya memuat mengenai tugas dan tanggungjawab konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam penyelenggaraan pendidikan formal di sekolah, hal ini didukung oleh terbitnya  Permennegpan dan RB no. 16 Tahun 2009 yang didalamnya menyebutkan konselor sebagai salah satu jenis guru, rincian kegiatan dan juga angka kredit konselor. Dengan demikian semakin jelas bahwa konselor memiliki posisi yang sejajar namun tidak sama dengan guru, hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan dalam hal rincian kegiatan dan angka kredit. Oleh karena itu tidak sembarang guru yang dapat menempati posisi guru bimbingan dan konseling atau konselor, karena profesi konselor jelas-jelas mensyaratkan keterampilan yang hanya dimiliki oleh lulusan program studi bimbingan dan konseling dan juga pendidikan profesi bimbingan dan konseling. Apabila posisi guru dan konselor dapat saling dipertukarkan dengan mudahnya maka yang menjadi taruhan adalah masa depan peserta didik yang mereka ajar, dan mereka bimbing.
Keseluruhan fenomena yang telah dijabarkan mengisyaratkan adanya kecenderungan penguatan posisi profesi bimbingan dan konseling di Indonesia namun juga semakin banyaknya tantangan yang harus dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah atau konselor. Oleh karena itu upaya peningkatan profesionalisme merupakan ‘on going process’ bukan merupakan ‘the end point’. Karenanya, pengembangan dan pemantapan bidang ilmu maupun profesi bimbingan dan konseling yang berkelanjutan merupakan harga mutlak agar bimbingan dan konseling dapat terus survive di masa kini dan di masa depan.



Referensi :

ABKIN. 2007. Naskah Akademik Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal dan Non Formal

Akhmad Sudaryat, (2008) Kualifikasi dan Kompetensi Konselor  (PERMENDIKNAS NOMOR 27 TAHUN 2008) http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/12/16/kualifikasi-dan-kompetensikonselorper- mendiknas-nomor-27-tahun-2008.


Cormier Sherry dan Hackney Hharold L (2009). The Profesional Counselor. Edisi sembilan,New Jersey:Pearson

Depdiknas (2007) Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal. Bandung

Hackney. H.L., (2009), The Professional Counselor: A Process Guide to Helping. Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Tabel Perbandingan Pendekatan Konseling





Perbandingan pendekatan konseling 
Oleh : Esya Anesty
Sumber : Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi (penerjemah E. Koeswara). Bandung: PT Refika Aditama.

Karakteristik
Kepribadian/Faktor
Rasional-Emosi
Konseling eklektik
Hambatan timbal balik (resiprok)
Konseling perilaku       
1
Sifat manusia
Makhluk yang rasional dengan potensi-potensi yang mungkin berkembang baik kearah positif maupun negatif; manusia tidak bisa berkembang sendiri melainkan membutuhkan bantuan orang lain untuk mencapai potensi penuh
Manusia adalah subjek bagi dorongan biologis dan sosial yang kuat, memiliki potensi untuk berfikir rasional. Mampu melepaskan diri dari masalh emosi dengan memaksimalkan pemikiran logis
Manusia bersifat rasional sekaligus irasonal tapi memiliki kecenderungan asosial; manusia normal, dengan penggunaan kesadaran atau sumber intelektual, bisa memperoleh kemampuan pengaturan diri melalui latihan
Manusia dibentuk oleh lingkungan; tidak memiliki kemauan atau kebebasan berkehendak, hanya memiliki reaksi-reaksi yang dipelajari; tidak mungkin bisa rasional atau objektif; semua pemikiran dipengaruhi oleh perasaan dan kebutuhan yang tergantung pada keadaan, dengan kata lain, semua pikiran dirasionalisasi
Tergantung pada penyusun teorinya, tapi umumnya manusia dianggap bersifat mekanis, atau merespon pada lingkungan dimana mereka tidak memiliki kendali, hidup dalam dunia deterministik, memiliki peran aktif yang kecil dalam menentukan takdirnya
2
Susunan kepribadian utama
Tiap manusia adalah sebuah pola kemampuan dan potensi yang unik dan teratur yang ingin mengatur dan mempertahankan kehidupannya dengan menggunakan sifat uniknya
Kondisi psikologis merupakan akibat dari pemikiran tidak logis, berpikir dan bernalar bukan dua proses yang berebda, manusia mendapat ganjaran atau imbalan oleh pemikirannya sendiri atau oleh percakapannya dengan dirinya sendiri
Kepribadian adalah keadaan diri yang terus berubah dalam menangani lingkungan; dorongan untuk mencapai dan mempertahankan stabilitas, menyatukan fungsi-fungsi yang berlawanan, memaksimalkan diri; gaya hidup terdiri dari cara-cara yang digunakan oleh karakteristik untuk menyatukan berbagai strategi untuk memenuhi kebutuhan danberhadapan dengan kenyataan; perkembangan terdiri dari menyempurnakan pemikiran rasional dan kendali sukarela
Perilaku bersifat sesuai dengan hukum, berubah dikarenakan oleh (a) pertumbuhan, (b) luka, (c) pembelajaran
Perilaku bersifat mematuhi aturan, dan fungsinya sesuai dengan persyaratan tertentu
3
Sifat kecemasan
Keragu-raguan akan penggunaan potensi seseorang
Terlalu mengeneralisir bahwa semua kejadian bersifat fatal
Tidak dijabarkan secara eksplisit, menekan konflik emosional
Perilaku yang tidak adaptif didapat melalui pembelajaran; karakteristik kecemasan yang tidak diketahui bereaksi pada rangsangan yang berbahaya atau mengancam; situasi ini membutuhkan diskriminasi atau konflik yang rumit
Reaksi yang dipelajari untuk terlibat dalam situasi tertentu yang berfungsi sebagai dorongan sekunder atau dorongan yang didapat; reaksi yang dipelajari awalnya adalah rangsangan netral
4
Tujuan konseling
Untuk membantu seseorang dalam melakukan pendekatan terus-menerus terhadap pemahaman diri dan manajemen diri
Penghilangan kecemasan, rasa takut, dsb., dan pencapaian perilaku rasional, kebahagiaan, aktualisasi diri
Pengaturan diri secara mandiri; pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental
Terbebas dari penderitaan dan penghilangan sebab masalah
Solusi atas masalah apapun (dalam batasan etis kerja) yang dibawa oleh klien ke konselor
5
Teknik utama
Mendorong kesesuaian, mengubah lingkungan, memilih lingkungan yang tepat, mempelajari keahlian yang dibutuhkan, dan mengubah sikap
Penggunaan teknik hubungan untuk memciptakan hubungan yang diikuti oleh pengajaran, sugesti, persuasi, konfrontasi, resep kegiatan yang dirancang untuk membebaskan klien dari pikiran-pikiran irasional
Menggunakan teknik aktif sampai pasif
Tegas, pernafasan, seksual, dan relaksasi respon termasuk desensitiasi sistematis
Teknik penguatan, teknik desensitiasi yang memodelkan sosial
6
Penggunaan tes dan alat penilaian
Sangat banyak digunakan
Digunakan terbatas
Penggunaan terbatas tes-tes terstandar; teknik proyektif digunakan sebagai data klinis untuk digabungkan dengan data lain
Digunakan secara terbatas
Bisa digunakan jika perlu
7
Mencari tahu sejarah (klien)
Diperlukan sebelum seseorang bisa dikonseling
Sedikit sekali menggunakan klarifikasi sejarah (klien)
Penting karena alasan diagnosis
Terapi dimulai dengan pengungkapan sejarah klien untuk mengungkap kecemasan
Perlu untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul
8
Diagnosis dan prognosis
Sebuah langkah yang diperlukan
Digunakan untuk mengungkap pikiran-pikiran yang irasional
Titik tumpu untuk semua pekerjaan klinis; dasar pendekatan konseling dipakai
Bagian dari kegiatan konselor
Perlu untuk menilai (a) peran kecemasan dalam gejala dan (b) kapasitas klien untuk menangani kecemasan dan untuk membedakannya
9
Hubungan klien
Individu “normal” yang ingin siap mengatasi penyesuaian situasi yang mereka alami sebelum konflik diri muncul
Tidak ada batasan, tapi ingatlah bahwa psikotik jarang sekali bisa disembuhkan total
Orang normal dengan sumber kepribadian yang utuh, namun memiliki masalah kepribadian
Tidak ada batasan untuk jenis klien selain dari keharusan pemeriksaan gangguan
Orang-orang yang bisa memikirkan tentang dan menghadiri acara-acara di lingkungan mereka
10
Aktifitas konselor
Peran aktif
Sangat aktif
Berkisar dari peran aktif sampai pasif tergantung pada sifat masalah dan sumber daya kliennya
Peran aktif
Konselor bersikap hangat dan bersahabat tapi berperan sangat aktif

Analisis Freudian
Psikologi Adlerian
Analisis Transaksional
Konseling yang terpusat pada klien
Existensialisme
Terapi Gestalt

Individu bersifat hewani dan manusiawi; dibentuk oleh kebutuhan biologis, dorongan seksual, dan insting agresif; perilaku utamanya ditentukan oleh proses bawah sadar yang bersifat motivasional dan terarah pada tujuan tertentu
Manusia pada dasarnya bagus, evolusinya bersifat positif
Ditentukan oleh pengalaman masa kecil, tapi bisa berubah
Individu tersebut (klien) bersifat rasional, baik, bisa dipercaya; bergerak ke arah aktualisasi diri atau kearah pertumbuhan, kesehatan, kesadaran diri, kebebasan, dan otonomi
Individu tersebut (klien) diharuskan untuk memikul tugas yang ditentukan oleh hidup dan dengan demikian diharuskan menentukan makna hidup; dorongan untuk bebas dari insting dan lingkungan; secara perorangan tidak bisa diprediksi; bebas dan bertanggung jawab pada diri sendiri
Manusia tidak terlepas dari lingkungannya namun bekerja sebagai satu kesatuan. Individu bukan gabungan bagian-bagian, melainkan sebuah koordinasi
Kepribadian adalah sebuah sistem yang tersusun dari id, ego, dan superego dan merupakan hasil hubungan genetis antara fungsi ego dalam kehidupan masa remaja/dewasa dengan fungsi ego di masa balita dan anak-anak; hasil dari interaksi timbal balik antara kecenderungan-kecenderungan id, ego, dan superego
Perilaku muncul dari makna atau fiksi; orang-orang membuat rencana kehidupan pada usia cukup muda; membuat aturan sendiri untuk bergerak sesuai rencana; kompensasi untuk merasa inferior
Dikonseptualisasi sebagai tiga kondisi ego--Orangtua, Orang Dewasa, Anak--dan empat posisi hidup
Konsep diri sebagai pengatur perilaku dan bidang perseptual adalah kenyataan bagi individu tersebut; perilaku adalah fungsi persepsi dan diatur sesuai dengan konsep diri
Perilaku termotivasi oleh usaha untuk mencari makna; tidak diarahkan, tapi ditarik oleh nilai-nilai yang dianutnya sendiri
Individu dianggap sebagai sebuah sistem dalam keseimbangan. Dia hidup dalam level umum (melakukan) dan level pribadi (memikirkan). Ketidakseimbangan dialami sebagai sesuatu yang harus diperbaiki. Kesadaran memungkinkan pengaturan dan kontrol diri
Konflik antara dorongan id, tuntutan superego, dan pertahanan ego
Muncul dari perasaan inferior
Akibat dari konflik, kesepakatan, atau kontaminasi antara kondisi-kondisi ego tersebut
Ketidak sesuaian antara konsep diri dengan pengalaman; kondisi dimana nilai dilanggar; kebutuhan akan penghargaan terhadap diri tidak terpenuhi
Kurangnya makna hidup atau tidak diperlakukan seperti manusia
Celah antara sekarang dan dulu; masalah (kondisi) yang belum selesai
Rekonstruksi dan re-orienrasi kepribadian
Mengubah gaya hidup yang salah; mengkonfrontasi mekanisme superior; menumbuhkan minat sosial
Mengobati masalah yang ada saat itu; memungkinkan orang merasakan kebebasan memilih
Pengarahan diri sendiri dan fungsi penuh klien yang utuh, dewasa dan terbuka untuk pengalaman
Mengalami keberadaan sebagai kenyataan sehingga orang tersebut bisa bertindak dengan potensinya sendiri dan membuat komitmen
Untuk menjadi dewasa, tumbuh, bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, berhubungan dengan diri sendiri dan dengan dunia
Asosiasi bebas, penggunaan mimpi, pergantian (transference), interpretasi, dsb.
Teknik hubungan; diagnosis rencana hidup; penjelasan pencapaian yang mungkin didapat; perbandingan
Diagnosis dan analisis transaksi
Penggunaan terbatas pertanyaan, dorongan, sugesti, tapi banyak menggunakan teknik untuk mengkomunikasikan penerimaan, penghargaan, pemahaman
Teknik psikoanalisis sering digunakan , termasuk asosiasi bebas, interpretasi, pergantian (transference), tapi menekankan pada keberadaan terapis dan kondisi pasien
Konfrontatif; menyediakan situasi dimana klien mengalami frustasi; memfokuskan perhatian pada postur tubuh, gestur; pembahasan mimpi
Teknik proyektif sering digunakan
Penggunaan terbatas
Penggunaan terbatas
Penggunaan yang sangat terbatas; cenderung dianggap bertentangan
Penggunaan terbatas
Penggunaan terbatas
Sejarah rinci biasanya tidak dicari tahu
Diperlukan untuk perbandingan
Penggunaan terbatas
Bertentangan dengan proses konseling
Kebanyakan orang menganggap sejarah hidup tersebut penting
Penggunaan terbatas
Penting untuk interpretasi
Diagnosis rencana hidup
Diagnosis kondisi ego untuk menentukan kekuatan pelaksana, kemampuan beradaptasi, kondisi mental, dsb.
Bertentangan dengan proses konseling
Dianggap sebagai langkah yang diperlukan oleh kebanyakan eksistensialis
Penggunaan terbatas
Terapi kontraindikasi untuk kepribadian schizoid, kondisi paranoid, hipokondria akut; sangat dijaga dari gejala-gejala konversi yang jelas
Tidak ada batasan yang tercatat
Tidak ada batasan yang tercatat
Saat ini belum ada batasan
Tidak ada batasan yang tercatat; kebanyakan orang meyakini pendekatan yang bisa diterapkan secara luas dan memiliki banyak kegunaan
Tidak ada batasan yang dinyatakan
Pada awalnya pasif; bergerak menuju aktif, peran interpretif selagi perawatan berlangsung
Konselor sangat aktif
Konselor sangat aktif
Konselor aktif dalam menyediakan kondisi fasilitatif
Terapi dianggap sebagai kemitraan, dengan terapis mempertaruhkan diri sendiri dan pasien didorong untuk jadi diri sendiri
Sangat aktif